Surah al-Fâtihah dalam Perspektif Pendidikan Akhlak
Berbasis Tauhîd Oleh : Drs. Mohamad Nur Fuad, MA
Berbasis Tauhîd Oleh : Drs. Mohamad Nur Fuad, MA
Dosen Tetap STAIL
1. Pendahuluan
Bangsa Fir’aun pada awalnya adalah bangsa yang kokoh
dan kuat. Kemudian menjadi bangsa yang hina dan dibinasakan karena
keruntuhan dan kebejatan akhlaqnya. Begitu besar peranan akhlaq bagi
tegak dan runtuhnya suatu bangsa. Bencana, musibah seperti gempa Sunami,
Jebolnya tanggul Danau Situ Gintung dan gempa di Padang dalam pandangan
al-Qur’an Qs. 17: 16 disebabkan kedurhakaan sebagian orang yang hidup
bermegah-megah. Kedurhakaan kepada Allah dan rasulnya adalah bentuk
akhlak yang buruk. Akhlak yang buruk tersebut wajib diperbaiki dengan
pendidikan akhlaq yang berdasarkan al-Qur’an seperti dalam surah
al-Fatihah.
Nabi Muhamad saw diutus untuk menyempurnakan akhlaq
manusia. Karena tugas tersebut, nabi memiliki akhlaq yang agung.
Kemuliaan akhlaq Nabi Muhamad diakui oleh lawan maupun kawan. Jadi
target pendidikan akhlaq adalah agar manusia memiliki akhlaq yang agung
atau mulia.
Didin Hafidhuddin berpandangan bahwa al-Qur’an dalam
posisi sebagai petunjuk bersifat universal, berlaku sepanjang zaman dan
ruang. Tugas bagi umat Islam adalah bagaimana memahami dan menerjemahkan
pesan-pesan dan petunjuk-petunjuk itu menjadi sebuah pedoman praktis
untuk menjawab realita sosial dan problematika kehidupan umat manusia.
Akhlak tercela dapat muncul akibat dampak negatif globalisasi. Ini
bagian yang akan dijawab oleh al-Qur’an. Jawaban itu bisa kita gali
dalam kandungan surah al-Fâtihah.
Surah al-Fâtihah pantas dikaji dalam perspektif
pendidikan akhlak. Ia memiliki posisi tersendiri dibanding dengan
surah-surah lain dalam al-Qur’an. Posisi dimaksud adalah surah
al-Fâtihah disebut al-Qur’ân al-adhîm (bacaan agung) karena ia
mengandung semua ilmu-ilmu al-Qur’an dan dan pokok-pokok kandungannya.
al-Fâtihah juga disebut al-Sab’u al-Matsânî, maksudnya tujuh ayat yang
dibaca berulang-ulang dalam rakaat salat. Selain itu, al-Fâtihah disebut
al-asâs, maksudnya pokok isi al-Qur’an ada dalam surah ini.
Berdasarkan sebutan nama al-Fâtihah itu maka dapat
difahami bahwa sebagian kandungan pokok bahasan al-Qur’an adalah
pendidikan akhlak. Maka surah al-Fâtihah juga mengandung pendidikan
akhlaq meskipun konsep dasar. Atas dasar itu penulis mencoba menelaah
surah al-Fâtihah dalam perspektif pendidikan akhlak.
Telaah surah al-Fâtihah dalam perspektif pendidikan
akhlak ini penting artinya bagi kita semua yang hidup dalam tantangan
era globalisasi dan informasi. Globalisasi adalah sebuah istilah yang
memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan
antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan,
investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang
lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi bias. Ada yang
memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau
proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia
makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru
atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis,
ekonomi dan budaya masyarakat.
Hubungan dan pertukaran antar budaya di dunia
berjalan sangat cepat. Perang kebudayaan dan peradaban tidak dapat
dielakkan. Nilai-nilai akhlak agung dapat tergeser dengan dominasi
peradaban yang bersumber dari faham materialisme dan hedonisme. Dalam
kondisi seperti ini telaah pesan dan petunjuk kandungan surah
al-Fâtihah dalam perspektif pendidikan sangat penting artinya untuk
menjadi alternatif bagi konsep-konsep pendidikan yang telah ada.
2. Surah al-Fatihah dalam pandangan Mufassir
Surah al-Fatihah ditulis dalam mushaf Al-Qur’an pada
surah dengan urutan pertama meskipun ia bukan surah yang pertama kali
turun. Ia Surah Makkiyyah. Jumlah ayatnya 7. yang terdiri dari 38 kata.
Dalam pandangan para mufassir, kandungan surah
al-Fatihah mencakup kandungan surah-surah dalam al-Qur’an. Artinya
kandungan surah-surah dalam al-Qur’an pada dasarnya menjelaskan dan
merinci kandungan ayat-ayat dalam surah al-Fatihah. Pada bagian ini
dikemukakan beberapa pandangan mufassir tentang kandungan surah
al-Fâtihah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar