Sabtu, 07 September 2013

Surat Al-Fatihah, The Power

 Mukjizat terbesar dari kerasulan Muhammad SAW. adalah kitab suci Al-Qur’an. Inilah kitab suci yan diturunkan dalam bahasa Arab, dan hingga detik ini, hampir lima belas abad kemudian sejak pertama kali diturunkan, kemurnian, keaslian, dan kesuciannya masih terjaga dengan baik. Al-Qur’an juga disebut-sebut sebagai kitab suci yang paling sempurna karena cakupan isinya yang maha luas.
Ia meliput sejarah para nabi dan ajaran agama-agama terdahulu yang kemudian disempurnakan dan bentuk kesempurnaannya terkandung di dalamnya. Ia meliputi segala ajaran dan tuntunan hidup tidak hanya bagi kaum muslim, tapi juga menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta, bagi seluruh umat manusia.
Ia sekaligus juga mengatur hubungan antar manusia, hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhan. Ia adalah sumber segala ilmu dan pengetahuan, dan dari sana setiap manusia akan memperoleh jalan menuju kesempurnaan hidup. Pendeknya, tak ada kitab suci selengkap Al-Qur’an, dan tak ada satu pun yang mampu menyamainya.
Intisari dari Al-Qur’an yang maha luas itu, yang ajarannya meliputi tata hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan, terkandung di dalam salah satu surat yang disebut Al-Fatihah. Surat yang terdiri dari tujuh ayat ini memang memiliki kedudukan istimewa.
Selain meurpakan intisari kandungan Al-Qur’an, Al-Fatihah ini ditempatkan sebagai pembuka dari kitab suci ini, dan merupakan surat yang paling banyak dibaca orang. Surat yang memiliki sejumlah nama ini pun merupakan bacaan wajib di setiap rakaat dalam shalat.
Karena itu, meskipun surat ini cukup pendek, hanya terdiri dari tujuh ayat, tak ada satu surat pun baik di dalam Al-Qur’an sendiri maupun kitab-kitab lain seperti Zabur, Taurat, dan Injil yang isinya mampu menyamai kandungan Al-Fatihah. Sebab, meskipun hanya memuat tujuh ayat, kandungan Al-Fatihah ini memuat intisari dari seluruh inti Al-Qur’an maupun kitab-kitab sebelumnya. Nabi Muhammad sendiri dalam berbagai riwayat hadits, berkali-kali mengungkapkan kemuliaan dan keagungan ayat-ayat yang terdapat dalam surat Al-Fatihah ini. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Hambali disebutkan :
“Demi jiwaku yang dalam genggaman-Nya, Allah tidak menurunkan surat yang setara dengan itu (Al- Fatihah) baik dalam Taurat, Injil, Zabur, maupun        Al-Furqan. Ia merupakan tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang.”
Demikianlah, tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang ini merupakan sebuah surat yang tiada taranya baik dalam Al-Qur’an sendiri maupun dalam kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya. Tak ada satu pun surat yang terdapat di dalam semua kitab suci yang isi dan kandungan maknanya menyamai Al-Fatihah. Selain merupakan intisari dari keseluruhan kandungan makna semua kitab suci, dengan tegas Tuhan membagi tujuh ayat ini separuh untuk Tuhan sendiri dan sebagian yang lain untuk manusia. Dalam sebuah hadits qudsi Rasulullah SAW. menceritakan :
“Allah Ta’ala berfirman :  Aku telah membagi (bacaan Al-Fatihah dalam) shalat antarar diri-Ku dan hamba-Ku dengan dua bagian, separuhya untuk-Ku dan separuhnya lagi untuk hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang dia minta.”
Kalau dikaji secara mendalam, tujuh ayat dalam surat Al-Fatihah tersebut memang terbagi menjadi dua. Separuh untuk Tuhan dan separuhnya untuk kepentingan manusia. Separuh bagian pertama, mislanya mulai dari bismillah sampai dengan frasa pertama ayat keempat yaitu iyyaka na’budu, seluruh isi dan kandungan maknanya memang tentang keberadaan Dzat Tuhan dengan segala sifat-sifatnya.
Sedangkan separuh bagian kedua, mulai dari frasa kedua ayat keempat wa iyyaka nasta’iin sampai dengan akhir, merupakan ayat-ayat yang ditujukan kepada manusia. Separuh bagian yang pertama merupakan pujian terhadap eksistensi Tuhan dengan segala sifatnya, sedangkan separuh yang lainnya berisi do’a-do’a atau permintaan agar manusia memperoleh karunia keselamatan dan kebahagiaan hidup.
Bila dikaji lebih mendalam lagi, pembagian tersebut tidak hanya menyangkut peruntukannya, melainkan juga meliputi sistem peribadatannya. Secara keseluruhan, ayat-ayat Al-Fatihah tersebut mengajarkan tentang monoteisme murni (ketauhidan). Dari Al-Faihah saja bisa diperoleh kesimpulan bahwa Islamlah satu-satunya agama monoteis paling murni dalam sistem peribadatannya. Semua ayat dalam Al-Fatihah dengan tegas dan jelas menafikan tuhan-tuhan lain atau kekuatan-kekuatan lain yang membuka kemungkinan terjadinya penyekutuan Tuhan atas yang lainnya.
Monoteisme di dalam surat Al-Fatihah tersebut juga diajarkan secara lengkap dan sistematis. Pada separuh bagian yang pertama, mulai dari bismillah sampai dengan frasa pertama ayat keempat iyyaka na’budu, misalnya, yang disampaikan adalah monoteisme teoretis. Sedangkan, separuh yang kedua mengandung pesan-pesan monoteisme praktis. Frasa iyyaka na’budu sendiri merupakan peralihan atau transisi dari monoteisme teoretis menuju monoteisme praktis.
Hal ini tergambar dalam kandungan separuh bagian pertama dari Al-Fatihah tersebut. Mulai dari bismillah sampai ayat ketiga, yang dibicarakan adalah murni keesaan eksistensi Tuhan dengan segala sifat-sifat yang melekat. Bahwa Allah itu Maha Pengasih dan Penyayang, bahwa Allah itu Tuhan semesta alam, bahwa Allah itu Penguasa di Hari Pembalasan, dan karena itu, ini merupakan frasa ayat peralihan  atau transisi, hanya kepada Dia dan bukan yang lain manusia harus menyembah.
Dan ayat-ayat berikutnya adalah penuntun ke arah monoteisme praktis di mana hanya kepada Dia (dan bukan yang lain) manusia memohon pertolongan. Yaitu pertolongan untuk ditunjuki jalan kebenaran, jalan yang lurus, yaitu jalannya orang-orang  yang telah diberi nikmat dan bukan jalannya orang-orang yang sesat.
Sungguh, ayat-ayat itu telah mengajarkan bagaimana manusia dalam kehidupan sehari-hari harus tetap berpegang teguh pada keesaan Tuhan, Tuhan yang eksistensinya sudah diterangkan pada ayat-ayat sebelumnya. Inilah ajaran monoteisme teoretis dan monoteisme praktis yang pada agama-agama samawi lainnya sudah tak terjaga lagi kemurniannya.
Kemuliaan surat Al-Fatihah juga dibuktikan dalam nama-nama atau sebutan yang disandangnya. Disamping nama Al-Fatihah sendiri yang artinya Pembuka, yaitu surat pembuka dalam Al-Qur’an, nama lainnya adalah Ummul Kitab, yaitu yang artinya Induk Al-Kitab atau Induk Al-Qur’an. Karena surat yang berisi tujuh ayat tersebut adalah merupakan induk dari keseluruhan isi kitab suci Al-Qur’an. Dan karena           Al-Qur’an itu mengandung inti dari kandungan kitab-kitab terdahulu, maka karenanya pula dengan sendirinya Al-Fatihah juga mengandung esensi dari keseluruhan isi kandungan Al-Qur’an dan kitab-kitab suci pendahulunya.
Nama lain yang juga menjelaskan kedudukan surat Al-Fatihah yang mulia adalah nama Al-Kanz, yang artinya Perbendaharaan. Maksudnya adalah bahwa surat Al-Fatihah itu merupakan suatu perbendaharaan ilmu pengetahuan yang sangat luas, bahkan tak terbatas.
Dalam satu hadits yang diriwayatkan Imam Baihaqi disebutkan :
“Allah telah melimpahkan kepadaku sebuah Fatihat al-Kitab (surat Al-Fatihah), dan Allah berfirman bahwa surat ini merupakan perbendaharaan yang luhur dan tersembunyi dari kumpulan perbendaharaan kerajaan-Ku (Asry).”
Kedahsyatan surat Al-Fatihah bisa dilihat dari bermacam-macam hadits yang telah banyak menyatakan bahwa surat Al-Fatihah itu bisa dijadikan pengobatan, baik lahir (jasmani) maupun batin (rohani). Diantaranya tersebut dalam hadits riwayat        Al-Baihaqi bahwa Abdul Malik bin Umar pernah mendengar Rasulullah SAW. bersabda :
Surat Al-Fatihah itu obat dari segala penyakit.”
Dalam riwayat Al-Baihaqi yang lain juga disebutkan :
“Fathul Kitab itu adalah obat dari racun.”
Demikianlah kiranya telah jelas bahwa surat Al-Fatihah itu merupakan surat yang mengandung kemuliaan dan kedahsyatan yang tinggi. Semoga kaum muslimin yang mengetahuinya sadar dan mau mengamalkan surat Al-Fatihah tersebut sebanyak-banyaknya setiap hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar